Sebagaimana kawan telah ketahui, lebaran adalah hari yang
ditunggu tunggu. Sebagaimana kawan telah ketahui lagi, mereka mereka pulang
kampung bukan hanya untuk kumpul keluarga, namun kue lebaran.
Melihat dari wabah nastar yang melanda Indonesia setiap
tahun, setelah membaca segumbel isi blog ini, pastinya anda tahu kue lebaran
favorit saya. Iya, kastangel. Mengikuti anomali doktrin yang berlaku di
masyarakat, oleh karena itu saya suka kastangel.
Dilihat dari rasa agung yang dibawa setiap kue lebaran,
per kue memiliki aji masing masing. Nastar yang mengrumbel dan kecut kecut
nanas. Putri Salju, yang entah bagaimana mendapat nama seperti itu karena
bahwasanya salju itu air, yang asik asik manis. Kastangel yang menjadi
resemblance nikmat surga dan cinta sejati.
Kawan, tidak semua Syawal membawa damai Ramadhan. Kali
ini adalah cerita thrilling. Jikalau kalian mengidap ini itu masalah jantung,
maka segera tutup laman ini. Ini adalah serangkaian event yang berakhir tragis
dan melankolis. Ketika kastangel setoples penuh hilang dalam tiga hari.
Ibu, secara kasual, membelikan dua toples kastangel untuk
rumah. Kastangel adalah tradisi wajib keluarga. Kami secara tidak sehat memuja
kastangel.
“Ini yang satu buat konsumsi sendiri. Diwet ya!” Dalil Ibu.
Aku dan adik menggumam basa basi demi sopan santun.
Dan inilah dimana horror dimulai. Pada hari ke tiga,
tanpa tahu menahu, isi toples tinggal kenangan.
Dengan sedikit tergesa dan keringat menyemburat, aku menjawil
“Dik, kamu makan semua kastangelnya tha?” Secara, diriku baru menjamah
semaksimalnya 10 batang cinta hangat kastangel.
“AH NGGAK. Baru makan sedikit. Paling 10.” Adikku
mengelak, tak mau difitnah.
Sebagaimana kawan ketahui, tiga hari adalah hari yang
singkat di minggu lebaran. Searah lurus dengan dalil relativitas einstein.
Maka, salah satu suspek terakhir adalah Ibu. Mungkin Ibu
bisa menutupi tambahan berat badan dengan jamuan di temu kerabat tapi kawan,
dosalah diriku karena aku suudzonku adalah itu adalah kastangel yang secara
tidak merata masuk ke dalam perut ibu, berkontribusi dalam 3 kg tambahan.
Makan malam itu terasa dingin. Atmosfir suudzon memenuhi
ruang makan. Jangan asam terasa hambar.
“Ibu ngabisin kastangelnya?” aku menyletuk.
“EH JAGA LAMBE YA!
IBU AJA BARU DAPET 3 BATANG. BARU AJA IBU MAU MARAHIN KAMU KOK MAKAN BANYAK
BANYAK!” muntab.
Mulai dari malam itu, rumah menjadi dingin. Aku keringat
dingin setiap malam membayangkan teror dari orang yang menghabiskan
kastangelnya diam diam. Aku terbangun setiap tengah malam, mencari pencuri
biadab yang bisa saja sembunyi ditumpukan parsel. Aku merinding mencari
penculik kastangel yang bisa saja berada di balik lemari novel.
Di bawah atap ini, kami tidak tahu siapa lawan, siapa
kawan.
Indra.
Indra.
No comments:
Post a Comment