Seorang
yang, setidaknya menurutnya, paling menderita batiniah sebumi pertiwi sedang
gundah gulana perkara pacarnya yang kesekian itu tidak sengaja mengantar
seorang wanita, yang katanya sepupunya, ke mini market. Usut punya usut, entah
relevan atau tidak, seorang yang ini sedang mengalami PMS. Cemberut seperti
pantat bayi.
Ingin sekali sang pacar
menampar pacarnya yang sungguh dramatic itu. Namun apa daya, pacarnya adalah
perempuan, gender yang perlindunganya sudah official.
Seorang wanita tadi,
dengan kaki di atas bersandar dinding, nglekar berharap mendapat surat
elektronik berisi permintaan maaf manja manja dan janji jajakan es krim dari
sang kekasih yang jengkel tiada main main. Namun, air mukanya yang menye dan
menyedihkan langsung mengejang seperti pengantin baru.
“Teruntung kekasihku,
usahlah kau pikir tetek bengek isi otakmu yang seperti anak 10 tahun itu.” Semakin
tegang air muka si nona. “Sungguh, aku jengkel terhadap tingkah laku tidak tahu
adat Kartini sepertimu.” Nona mulai muntab. “Sudahilah saja, sudah. Kau bukan
yang dulu lagi, kekasih.”
Sang nona melempar
handphone 7 juta rupiahnya entah kemana emosi membawanya. Jarinya berubah
membentuk jari tengah, menantang lantang langit langit kamar. “ASU SAJALAH.
LELAKI BUNTUNG. BAJUL.” Begitulah umpatanya, keluar dari mulut sok manis sang
nona.
Di belahan bumi lain
sana, sang lelaki sedang menulis cerpen dan puisi, ketika si nona pergi dengan
motor satrianya mencari bir bintang di mini market.
Ah, anak SMP jaman
sekarang.
Indra.
No comments:
Post a Comment