Angin malam pada dini hari
Angin malam menari indah sekali
Angin malam sedang cantik tak terperi
Ketahuilan, kawan, kami jauh dari suci
Angin malam menari indah sekali
Angin malam sedang cantik tak terperi
Ketahuilan, kawan, kami jauh dari suci
Pernah pada suatu dini hari yg tidak hore di bulan Ramadhan
saya menyusuri Jalan Gejayan dan Jalan Sudirman. Di pagi yang terlalu pagi itu
saya baru menyadari bahwa di sepanjang jalan, di emperan emperan toko yg tidak
berlebihan jika saya katakan berbau sengak, masih banyak para tunawisma tidur
dengan selimut yg tidak kalah sengak baunya. Lalu, kenapa jalanan benar benar
sepi? Kawan, saya bukanlah seorang aktivis rumah ibadah. Namun, saya bertanya
dalam hati,
"kenapa tidak ada para hamba Allah yg biasanya pagi
pagi bagi bagi sahur di sepanjang jalan jalan ini? Sedangkan saya melihat
berbagai bentuk publikasi sahur on the road di media sosial sampai sampai bosan
jari ini menscroll, mencari konten yg bukan tentang sahur on the - OH! Sahur
sahur on the road sering dilaksanakan di sepanjang daerah daerah yang ikonik
seperti Jalan Malioboro, Daerah Tugu Jogja dsb dsb dsb (dan saya
bingung)."
Lalu, apakah mereka tidak tahu, tunawisma tidak hidup di
tempat ikonik Jogja saja? Dengan berbagai ijin Tuhan, saya dipertemukan dengan
rekan rekan mahasiswa yang sama pedulinya dengan isu ini - dan jika tidak
dimulai dari diri sendiri, bagaimana orang lain peduli (atau setidaknya tahu)
tentang tunawisma yang terlantar jauh dari lokasi favorit para pembagi sahur?
*************
Dengan berkah Tuhan, kelompok ini, pada tanggal 22 Juni
2016 sekitar pukul setengah 3 pagi, diperbolehkan berbagi sahur di jalan jalan
tadi.
Kami bagaikan kelompok yang memiliki jalan jalan tadi
saking sepinya. Para tukang sampah, tukang becak, gelandangan, mengucap terima
kasih yang tiada terperi tulus - saking tulusnya, saya tidak sanggup melepas
helm agar tidak terlihat saya sebagai satu2nya anggota laki laki di kelompok
ini harus meneteskan air mata.
Di emperan depan Lippo Mall, kelompok saya membagikan sahur
kepada gelandangan yang ternyata bersama anak perempuan. Ia menyeletuk,
"Wehhh, mas mbak e apikan bgt ya, buk" (Wah, kakak kakaknya baik
sekali ya, ibu.) lalu dengan mata bulatnya yg kabur jernihnya karena remang
lampu jalanan pagi hari, ia melambaikan tanganya ke gerombolan kami serambi
kami melanjutkan perjalanan.
REMUK, KAWAN, REMUK!!! Di depan Lippo Mall yang bukan main
megahnya masih ada rakyat tunawisma, ya ampun, anak kecil perempuan yg tidur
berbantal karung yg dari baunya seperti berisi sampah.
Di mana cinta? Sudahkah ia mati? Meninggalkan umat manusia
untuk dicaci?
Kawan, sahabat, kekasih, kalian semua, semoga dengan social
project dari kelompok kami ini kalian semua sadar bahwa masih ada tunawisma di
daerah yang kurang ikonik di Jogja ini.
"Kita adalah sisa sisa
keikhlasan."
#PALAPAPeduli
#PALAPAPeduli
No comments:
Post a Comment