Sumpah pemuda adalah manifestasi
dari toleransi dan patriotisme dari pemuda Indonesia pra kemerdekaan jaman dulu,
yang lebih lebih diharap bisa diwariskan ke generasi muda selanjutnya. Atau
kiranya itu yang muncul dibenak seorang remaja yang tidak pernah ikut
kepelatihan kepemimpinan yang super keren di forum forum super elite itu.
Saya begini sejak lahir. Bukan
pilihan, namun takdir tidak hadir tanpa izin Tuhan. Menjadi seorang jawa yang
sipit adalah kebanggaan. Saya adalah satu dari berbagai bukti nyata bahwa
amalgamasi pribumi dan cina adalah nyata. 50 tahun lalu di Blitar, seorang gadis
cantik dengan nama keluarga Du dilamar oleh pribumi yang sekarang kupanggil
kakek.
Tanah yang bolehlah kita sebut
terpaksa kita injak ini ada dengan aturan tak tertulis: pluralism is allowed – pluralisme
diperbolehkan. Dan kalian para terduga cendekiawan muda mengatas namakan agama
mengacungkan jari tengah kepada cita cita sesama bangsa? Kalian para terdidik
masih saja memikirkan kawin pilih pilih guna menjaga doktrin kemurnian ras?
Kenapa tidak sekalian kencingi sekalian makam para pahlawan? Berapa yang mereka
bayarkan sehingga sumpah kalian sebagai pemuda bisa dibeli? Semurah itukah
sumpah pemuda?
Hidup sebagai remaja yang merasa
dilahirkan di Korea dan Jepang tidak lebih mulia dari meludahi nasionalisme yang
sudah terkapar lemah. Lupa Indonesia, malu berbahasa Indonesia, jijik memiliki
garuda di dada.
Saya bangga menjadi pemuda
Indonesia.
Menjadi bagian:
Yang memiliki tumpah darah satu.
Yang berbangsa satu.
Yang berbahasa satu.
Namun, hindari cinta beda agama.
No comments:
Post a Comment