Thursday, December 25, 2014

Dunia Tidak Pantas Untuk Ibuku Cantik



            Tepat pukul 12 malam ketika aku nglantur menerawang langit malam untuk mendapati pemandangan delman dengan 4 kuda dengan warna berbeda beda dan kusirnya yang gendut dan brewokan, berpacu bersama angin malam, membuat siluet di depan cahaya bulan kuning. Setelah aku memutar otak akhirnya aku sadar ternyata Sinter Klaus regional Indonesia memiliki kultur tersendiri. Ketika kotoran kuda sudah bertebaran di mana mana, berarti ini tanda akhir Desember sudah tiba. Lalu, bayangan sang Santa dihapus hujan deras.
*******
            Ayam tetangga terjaga lebih awal. Tanyakan saja pada kotoran kuda yang dicampur hujan semalam. Ayam yang biasanya berisik mulai jam 5 sudah berkokok 1 jam lebih awal. Berarti aku hanya tidur 4 jam.
            Aku bukan tipe anak yang doyan sarapan. Maka aku terkantuk kantuk ketika mengayuh sepeda ke sekolah. Bahkan aku ketiduran sekitar 2 km ketika aku sedang gowes. Untung saja aku tidak celaka. Hanya baju dan celana yang kena lumpur, disponsori oleh cipratan ban mobil orang kaya yang sesuka hati mengambil jalur sepeda.
            Setibanya di sekolah, aku merebah di 2 meja yang kugabung menjadi tempat tidur kecintaan orang orang kesed. Dari tasku yang sudah penuh bercak lumpur, keluarlah solusi dari segala kotoran kuda – guling kecil. Jangan banyak tanya kenapa aku membawa guling ke sekolah.