Sunday, July 22, 2018

Kancil Kancilan dan Gajah Perak


Kancil Kancilan dan Gajah Perak
Oleh Dwipa Embul

Pampam memang selalu begitu. Walau badanya gempal, ia punya paling banyak energi. Mungkin itu merupakan akibat dari jajanan jajajan yang tidak sehat dan bersaus oranye. Sering sekali ia menculik dua atau tiga kawanya untuk kabur dari kelas mengaji sore. Kabur dari mengaji itu sudah kejahatan yang sah sah saja dihukum disirami air dingin oleh Ustadz Amin sampai bingung. Membolos kelas mengaji lalu mencuri buah mangga punya Mbah Wiryo di RW 2? Bisa bisa jika tertangkap basah kami dimasukan ke dalam bedug masjid lalu dipukul keras keras hingga setelah keluar dari bedug kami berjalan seperti ayam kena asam urat. 

Friday, July 20, 2018

Orang Orang Besar

            Setiap kali lutut kakiku mengaduh, meribut anak anak gegap gempita senang sembari diikuti tepuk tangan ramai ramai. Mereka tertawa, ada yang terbahak, ada yang terkekek, terkikik kikik hingga menjatuh jatuh berputar putar di atas ubin. Melihat orang gendut itu memang lucu. Apalagi ketika tersungkur mencium rumput dan seketombe batu krikil. Badan gempal menjatuhi bumi seperti kue mochi. Perut gendut bergetar bagai jelly. Menurut deduksi saya, hanya Sule yang lebih lucu dari itu! Aku pun ikut tertawa. Membahaki saya. Saya besar dibesarkan badan badan besar. Lalu tawa menjadi melebar. Tidak kalah lebar dari perut saya yang tidak pernah berhenti melebar. Seperti rezeki yang datang dan membuat Nur Lasini dibolehkan menjadi orang orang besar. Seperti cone warna warni. Atau PNS berseragam. 
            “Dek, Nur, kalau besar mau jadi apa?”
            “Jadi orang besar seperti Om Indra!” Dek Nur bertepuk tangan. Semakin hari semakin cantik seperti ibunya saja.
 
Indra.

Wednesday, June 13, 2018

Nur Lasini

            Saya tidak ingin cepat cepat menstruasi. Saya rasa baru kemarin sore baru lulus Taman Kanak Kanak. Namun semakin besar saya, saya semakin resah. Saya takut ketika tidur malam malam setelah mewarnai pohon kelapa di pantai di buku gambar saya menjadi semakin tinggi dan semakin dewasa. Era kanak kanak saya dikoyak waktu setiap saya berkedip. 

Saturday, June 2, 2018

Kursi Biru di Pameran Seni


            Kuncoro itu memang nyentrik orangnya. Rokoknya tidak pakai gabus filter. Kalau minum alkohol tidak suka aneh aneh-lawaran bening tanpa buahvita leci. Pernah tidak naik kelas empat kali. Kutebak pasti sudah tidak perjaka sejak SMP kelas tiga. Entah siapa bapak ibunya. Apalagi Tuhanya. Tahu tahu aku kenal Kuncoro dari teman sepermabukan. Tahu tahu aku makin sesat karena Kuncoro adalah sosok guru spritual untukku setelah 2 tahun kuliah di Jogja. 

            Memang Kuncoro ini seniman. Rambut gondrong. Mandi jarang. Tetapi kaya. Namun, walau kaya ia tidak keliatan terlalu memikirkan uang. Ia adalah seniman. Bukan lulusan D3. Apalagi sarjana. Di kepala Kuncoro adanya ya hanya melahirkan seni. Senantiasa tirakat agar magnum opus segera diilhamkan. Masalahnya oleh siapa?

Wednesday, April 4, 2018

Saya Ingin Sedih karena KKN

    Saya adalah asdos. Kata teman teman saya, jadi asdos tentu pintar. Apalagi semuda saya! Semester 6 sudah 110 sks lebih kuliahnya! Masih 19 tahun lagi! Di akuntansi yang S1 di FEB UGM, kalau bukan cina atau non muslim, jadi asdos semester 6 itu susah! (Barangkali karena paska tinggal di Jogja saya jadi jauh dengan Tuhan?) Kata mereka masa depan saya pasti cemerlangnya! Kelak lulus S1 kerja di audit firm besar selevel PWC. S2 di Amerika atau Jepang. Lalu menikahi anak politikus besar Indonesia. Hidup bahagia hingga tua dan sesekali menulis novel atau membuat film dengan istri saya kelak agar dilihat sebagai pasangan paling couple goal abad 21.

Wednesday, January 31, 2018

Kapan Ayah Ibu Balik Rumah?



*Postingan berikut ini mengandung bahaya laten memecah toleransi di Indonesia dan tidak berlebihan jika disebut penistaan agama. Kaum sumbu pendek mundur saja.*

            Dulu, ketika ibu mengantar saya di stasiun ketika saya masih semangat semangatnya menjadi mahasiswa baru, ibu berpesan:
            “Le, jangan lupa telepon ibu ayah kalau ada apa apa. Cerita nanti di Jogja ada apa saja. UGM isinya orang orang pintar. Selalu ingat dua hal nak, jangan jauhi Tuhan, jangan juga lupakan keluarga.”
            Setelah melanggar nasehat pertama karena saya salah gaul dengan orang orang istridraj, saya sekarang sedang sedih juga karena ibu sedang tidak di rumah. Ibu ada di rumah eyang. Ayah entah di mana. Rumah, kata adik saya, kosong. Adik sedang sibuk menjadi anak SMA. Berangkat pagi pulang tidak ingat.