Wednesday, December 21, 2016

Interpretasi Jatuh Cinta



            Sebagai remaja kaget analisis ala mahasiswa, saya menjadi keranjingan mengulik detail detail yang bisa dibilang trivial. Sesuatu yang kecil bisa jadi menjadi representasi sesuatu yang lebih besar. Seperti halnya saya melihat seseorang memiliki bibir bawah berwarna kehitaman, saya akan mengasumsikan bahwa ia adalah perokok – dan seringkali saya dibenci karena deduksi deduksi yang tidak jarang betul ini. Bermoralkah? Saya bukan santri jadi mari kesampingkan isu sopan dan tidak sopan.

            Saya sudah sekian tahun lewat masa pubertas – dan sayangnya hanya jatuh cinta pada satu wanita sampai tulisan ini ditulis. Sejauh saya dibodohi keadaan, saya nyaman nyaman saja dengan ketidak tahuan ini. Rasanya, it just feels so right. Setelah kaget dengan dunia mahasiswa yang selalu menuntut adanya penjelasan, saya langsung terpleset keingin tahuan. Lalu, berikut adalah analisis dengan sumber yang kredibilitasnya sangat diragukan namun sepertinya cukup dwipa untuk membuat kalian mangguk mangguk dan senyum senyum sendiri.
            Mari kesampingkan elemen elemen dasar agama yang tidak mau mensejajarkan manusia dengan hewan. Memang ketakutan pada Tuhan adalah awal dari segala ilmu pengetahuan namun terlalu banyak agama agaknya membuat manusia merasa hidup di timur tengah pada jaman semono. Jadi, mari berbicara sedikit sekuler.
            Manusia adalah Homo sapiens - mahluk yang berpikir. Pada awalnya saya berpikir kenapa kita tidak dinamai Homo ludens – mahluk yang bermain. Namun, anak SD juga tahu bahwa superioritas manusia terhadap mahluk lain berasal dari kepemilikan akalnya. Bagaimana akal bekerja? Sebelum sampai ke situ, apa akal itu? Banyak cara cara gila ilmuwan menjelaskan apa akal itu. Saya sebagai manusia yang belum dapat gelar sarjana mengintepretasikanya sebagai: cara unik bagaimana spesies satu ini mengembangkan cara untuk memenuhi instingnya. Ya, insting.
            Sudahkah kalian melihat film Zootopia - film yang dipenuhi mamalia antromorphic sebagai karakter di dalamnya? Setelah melihat film itu saya melihat kucing di depan kosan saya yang kerap membawakan tikus mati. Dalam film Zootopia tidak ada segregasi mana spesies superior mana spesies inferior. Bayangkan jika di alam kita, di universe yang kadang membosankan ini, semua mahluk hidup, atau setidaknya hewan saja, memiliki akal. Tidak perlu memiliki kecakapan untuk berkomunikasi dengan bahasa yang sama dengan kita. Bayangkan hewan hewan tersebut memiliki rata rata IQ 110 – memiliki kapasitas untuk bisa lulus SMA. Kucing membawakan tikus mati ke hadapan anda langsung memiliki arti yang ambigu.
            Pernahkah kalian mendapati fenomena tentang seorang anak yang benar benar merasakan kehilangan ibunya karena sang ibu meninggal dalam kecelakaan lalu lintas? Selain beberapa mamalia, mungkin hewan lainya akan masa bodoh terkait hal hal seperti itu. Hell, bahkan ikan atau hewan hewan melata seperti hamster tidak akan berpikir dua kali – karena mereka memang tidak bisa berpikir (?) – untuk bereproduksi dengan saudara kandung sendiri tidak terkecuali orang tua kandung sendiri. Kenapa mereka dengan selownya melakukan hal yang menurut konstruksi sosial manusia adalah hal yang bejat? Karena itulah bagaimana insting mereka mendikte. Saya yakin kalian pernah baca di internet tentang bagaimana Finding Nemo akan berlanjut jika karakter di dalamnya tidak memiliki akal manusia. Poinya, bukan mengkritisi fiksi fiksi fable, namun: kita, manusia, adalah mahluk hidup yang juga memiliki insting. Insting tersebut menjadi terlihat indah karena akal kita menginterpretasikanya dengan bahasa yang indah dan akal orang lain juga akan mengartikanya dengan cara yang indah pula.
            Laki laki tentu menyukai dada besar, paha mulus, dan badan gitar. Ketika ditanyai mengapa, tidak banyak yang bisa menjawab. Lagi, it just feels so right. Setelah pikiran saya tersesat, dan menggunakan landasan fitrah mahluk hidup selalu memiliki insting ingin melanjutkan keturunanya, saya berpendapat: dada besar dan trait trait lainya yang selalu diasosiasikan dengan adjektif ‘sexy’ adalah trait yang dekat dengan melanjutkan keturunan. Dalam alam bawah sadar laki laki, mereka tahu bahwa wanita sexy itu lebih menjanjikan secara biologis – mereka terlihat lebih fertile. Lebih cocok untuk mengandung anak.
            Darwin dan prinsip bahwa hidup ini adalah survival of the fittest menjelaskan fundamental dari jatuh cinta itu. Iya, kompetisi untuk bertahan hidup. Tanpa sadar kita yang memiliki kekurangan mencari pasangan untuk menutupi kekurangan itu dan hal ini terjadi secara resiprokal. Insting untuk bertahan hidup ini diterjemahkan oleh akal kita sebagai jatuh cinta. Kenapa jatuh cinta itu asik? Karena adanya reaksi kimia yang bukan kancah saya untuk menjelaskan di otak kalian yang tidak bisa dikendalikan alam bawah sadarnya untuk jatuh cinta pada siapa.
            Fenomena cewek matre sebenarnya adalah bentuk dari wanita matre dalam kasus tersebut membutuhkan material untuk memenuhi kebutuhan dan egonya dan wanita tersebut percaya bahwa laki laki yang dipacarinya mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
            Maka, untuk mendekati wanita yang sering di-abuse oleh keluarganya yang membuat ia tidak mendapatkan kebutuhanya untuk berpendapat adalah dengan memberinya ruang untuk berbicara.
Silahkan dengan informasi sesat yang kalian dapat dari tulisan ini kalian cocok cocokkan dengan keadaan yang terjadi di sekitar kalian.
Ini adalah bagaimana saya menginterpretasikan bagaimana orang orang bisa jatuh cinta satu sama lain. Cocok dengan konsep materialisme oleh Feurbach, Karl Marx, dan Friedrich Engels, bukan? Semua terjadi karena interaksi manusia dalam usaha mereka mendapatkan satu materi lalu mencari materi lain lagi.
Namun, kalian semua tahu tulisan ini hanyalah kesesatan belaka yang kalian baca untuk memenuhi waktu kosong. Jauh di lubuk hati saya, saya juga belum tahu bagaimana cara cinta bekerja. Karena dengan kesesatan ini saya juga belum bisa mendapatkan alasan kenapa dari berbagai wanita yang saya kenal, saya bisa jatuh cinta kepada wanita yang selalu tak  acuh kepada saya – dengan kata lain tidak pernah memenuhi kebutuhan saya – hingga sekarang.
Cinta saya perlahan mulai pudar  - mungkin kesesatan ini benar adanya. Namun, kepada wanita mana lagi saya harus menyandarkan beban? Saya rindu jatuh cinta seperti pertama kali itu.
Nasib.

Indra.

Friday, October 28, 2016

Aturan Tak Tertulis



            Sumpah pemuda adalah manifestasi dari toleransi dan patriotisme dari pemuda Indonesia pra kemerdekaan jaman dulu, yang lebih lebih diharap bisa diwariskan ke generasi muda selanjutnya. Atau kiranya itu yang muncul dibenak seorang remaja yang tidak pernah ikut kepelatihan kepemimpinan yang super keren di forum forum super elite itu.
            Saya begini sejak lahir. Bukan pilihan, namun takdir tidak hadir tanpa izin Tuhan. Menjadi seorang jawa yang sipit adalah kebanggaan. Saya adalah satu dari berbagai bukti nyata bahwa amalgamasi pribumi dan cina adalah nyata. 50 tahun lalu di Blitar, seorang gadis cantik dengan nama keluarga Du dilamar oleh pribumi yang sekarang kupanggil kakek.
            Tanah yang bolehlah kita sebut terpaksa kita injak ini ada dengan aturan tak tertulis: pluralism is allowed – pluralisme diperbolehkan. Dan kalian para terduga cendekiawan muda mengatas namakan agama mengacungkan jari tengah kepada cita cita sesama bangsa? Kalian para terdidik masih saja memikirkan kawin pilih pilih guna menjaga doktrin kemurnian ras? Kenapa tidak sekalian kencingi sekalian makam para pahlawan? Berapa yang mereka bayarkan sehingga sumpah kalian sebagai pemuda bisa dibeli? Semurah itukah sumpah pemuda?
            Hidup sebagai remaja yang merasa dilahirkan di Korea dan Jepang tidak lebih mulia dari meludahi nasionalisme yang sudah terkapar lemah. Lupa Indonesia, malu berbahasa Indonesia, jijik memiliki garuda di dada.
            Saya bangga menjadi pemuda Indonesia.
            Menjadi bagian:
            Yang memiliki tumpah darah satu.
            Yang berbangsa satu.
            Yang berbahasa satu.
            Namun, hindari cinta beda agama.