Friday, October 28, 2016

Aturan Tak Tertulis



            Sumpah pemuda adalah manifestasi dari toleransi dan patriotisme dari pemuda Indonesia pra kemerdekaan jaman dulu, yang lebih lebih diharap bisa diwariskan ke generasi muda selanjutnya. Atau kiranya itu yang muncul dibenak seorang remaja yang tidak pernah ikut kepelatihan kepemimpinan yang super keren di forum forum super elite itu.
            Saya begini sejak lahir. Bukan pilihan, namun takdir tidak hadir tanpa izin Tuhan. Menjadi seorang jawa yang sipit adalah kebanggaan. Saya adalah satu dari berbagai bukti nyata bahwa amalgamasi pribumi dan cina adalah nyata. 50 tahun lalu di Blitar, seorang gadis cantik dengan nama keluarga Du dilamar oleh pribumi yang sekarang kupanggil kakek.
            Tanah yang bolehlah kita sebut terpaksa kita injak ini ada dengan aturan tak tertulis: pluralism is allowed – pluralisme diperbolehkan. Dan kalian para terduga cendekiawan muda mengatas namakan agama mengacungkan jari tengah kepada cita cita sesama bangsa? Kalian para terdidik masih saja memikirkan kawin pilih pilih guna menjaga doktrin kemurnian ras? Kenapa tidak sekalian kencingi sekalian makam para pahlawan? Berapa yang mereka bayarkan sehingga sumpah kalian sebagai pemuda bisa dibeli? Semurah itukah sumpah pemuda?
            Hidup sebagai remaja yang merasa dilahirkan di Korea dan Jepang tidak lebih mulia dari meludahi nasionalisme yang sudah terkapar lemah. Lupa Indonesia, malu berbahasa Indonesia, jijik memiliki garuda di dada.
            Saya bangga menjadi pemuda Indonesia.
            Menjadi bagian:
            Yang memiliki tumpah darah satu.
            Yang berbangsa satu.
            Yang berbahasa satu.
            Namun, hindari cinta beda agama.