Wednesday, November 4, 2015

Terlalu Jatuh Cinta Untuk Berpikir Jernih

            “Walau hanya fiksi dan omong kosong, Bandung Bondowoso tidak berpikir dua kali untuk syirik, meminta bantuan laskar jin, untuk membangun megahnya hampir seribu candi di Prambanan sana untuk kekasih yang belum tentu ia berhasil kawini.” Elakku.
            Pakde menepuk jidatnya sampai merah. “Kau tidak akan menyetubuhi saxophone-mu, le. Bagaimana bisa otak yang sebegitu sintingnya yang ada di dalam batok kepalamu itu bisa mengantarkanmu masuk Universitas Gadjah Mada.”


            “Bukankah itu malah menandakan bahwa otakku masih sehat, Pakde?” aku mencoba turun dari tempat tidur. Lalu ubun ubunku kembali mengejang seperti pengantin baru. Sakit tiada terperi aku rasakan sebelum akhirnya aku terkapar lagi.
            “Kan! Ngeyel sekali thole satu ini. Kau terlahir dengan asma. Belum lagi, banyak pemain saxophone mati karena selangkanganya kena hernia tapi masih nekat nyebul.”
            Aku terkekeh. “Pakde-ku yang alim nan tampan, perkenankanlah ponakanmu yang gendeng ini menyamakan keadaan.” Aku mencoba duduk bersila di tempat tidur. “Jika aku tidak salah baca diary Pakde yang Pakde simpan di rak perpustakaan rumah paling belakang, Bude adalah seorang mualaf setelah jatuh cinta kepada Pakde dan pun pada akhirnya menikah hingga sekarang hidup bahagia di kota yang romantis, Jogjakarta ini.”
            Raut muka Pakde langsung merah pertanda muntab. “Bangsat kecil! Kenapa kau aneh aneh menjarah perpustakaan rumah?”
            “Kenapa Pakde sungguh alay untuk menulis cerpen perjalanan kisah Pakde semasa labil? Bukan itu poinya lagipula. Jika cinta bisa, maaf kata, bisa merubah kepercayaan Bude yang  bahkan sekarang tidak ada yang bisa menyangka ia adalah seorang mualaf, kenapa cintaku kepada musik tidak bisa melawan penyakitku?”
            “Kau jauh jauh sekolah sampai Jogja malah tambah sinting!” Pakde muntab lalu balik kanan, kalah bicara.

            Memang benar aku tiada bermaksud menyetubuhi alat musik namun memang benar bahwa pekerjaan yang paling tidak berguna di kehidupan ini adalah menasehati orang jatuh cinta. Kau yang membuatku begini juga, kekasih.           

1 comment: