Sunday, April 20, 2014

Selamat Ulang Tahun !!!



                Cerita yang akan anda baca berikut ini bukanlah cerita menye menye tentang lelaki yang melupakan hari ulang tahun kekasihnya bla bla bla bla bla happy ending. Sebenarnya tidak ada hubunganya dengan ulang tahun. Hanya saja hari Jumat itu penuh dengan ucapan ulang tahun. Aku pun merasa bodoh.
Sudah bukan hitungan jari kelasku membuat guru guru menangis. Dari guru tetap sampai guru PPL. Kiranya aku masih bisa mendengar guru PPL matematika tempo hari blak-blakan sesenggukan di depan kelas. Atau bahkan wali kelasku sendiri. Kurang ajar betul. Kiranya guru PPL yang cukup punya nyali untuk survive di kelas kami hanya PPL Ekonomi, Geografi, Sosiologi dan Akuntansi. Mungkin gegara mereka mengajar materi IPS sehingga mereka sudah cukup keras dan tahu diri untuk kami hajar di tempat. Hebat bukan main.

Apa yang akan seorang peternak kuda lakukan jika melihat ada seekor kudanya yang tidak ikut menggelinjang liar dengan kawananya ? Tentu ia akan mendiagnosa dengan ilmu medis ini itu. Kuda itu hamil barangkali. Hanya saja kuda itu laki laki. Jadi mungkin kuda itu mengidap diare hebat. Kira kira begitulah analogi kehidupanku di kelas. Aku adalah kuda diare di chariot perang para kesatria yunani.
Betul saja apa yang dikata ilmu sosiolog. Individu akan adaptasi dengan lingkunganya. Kuda diare ini mencoba sekuat perutnya untuk lari walau ingin rasa terkencing kencing dan cepirit cepirit. Aku mencoba nakal sebisaku. Ah, anak muda labil. Khilaf sekali aku waktu itu. Asal kalian tahu saja, aku pernah setelah makan di kantin langsung masuk ke kelas. NGGAK PAKE MINUM. Tentu ini adalah prestasi dalam dunia delinquent terbesarku. Bayangkan, aku yang metabolisme nya jelek ini nekat tidak minum air. Emo sekali aku.
Aku mempelajari seluruh konsep kenakalan anak anak kelasku. Pada dasarnya, mereka melakukan hal yang merugikan diri sendiri seperti mereka meninggalkan fasilitas guru mengajar sehingga SPP mereka terbuang percuma. Seperti yang aku tulis di paragraph sebelumnya, aku tidak BAB selama dua hari dan naik sepeda pun berat rasanya.
Hal dasar yang kedua adalah menjelekkan nilai. Kawan, aku masih berpikir panjang. Aku tidak ingin tinggal kelas. Bisa bisa mati didamprat aku jika orang tuaku yang sudah mendapati anaknya masuk ke jurusan IPS ini masih mendapati anaknya mendapat nilai jelek.
Aku dalami lagi konsep nakal. Nakal yang paling dasar adalah membuat kegaduhan. Kawan, aku ini pemain biola dan fingerstyler gitar. Perkusi gaduh bukanlah halku. Tidak akan lucu jika ketika guru masuk, aku menyuguhinya dengan Symphony number 9 dari mendiang Beethoven. Itu jauh dari kata nakal. Maka ini adalah asal muasal kekhilafanku. Aku hanya ingin diterima di lingkungan sekitarku tapi shit wasn’t so cash.
Setelah istirahat pertama adalah mapel bahasa Inggris. Sudahkah kalian tahu aku cukup fluent dalam berbahasa Inggris sejak umur 5 ? Tidak, aku bukan tipe penjilat guru. Hubungan guru-murid antara aku dengan guru guru bahasa Inggris sungguh professional. Dan kali ini adalah pelajaran Mamah Rut.
Kiranya aku telah menjadi event organizer kekalutan ini. Ketika Mamah Rut memasuki kelas, entah apa yang aku pikirkan, aku menyanyikan lagu “Selamat ulang tahun” sampai bait “…dan bahagia”. Kelas sejenak begitu sepi. Sejenak.
Ketika di ‘sejenak’ itu, aku duduk dan mempersiapkan buku pelajaran. Tapi ya tuhan, aku adalah korek api yang sudah menyalakan sumbu TNT. Dan ‘sejenak’ itu tadi adalah waktu dari api ini memakan habis penyulut. Kini kelas meledak tanpa komando lebih lanjut. Mereka adalah bajingan bajingan yang penuh dengan inisiatif. Lagu Selamat Ulang Tahun dinyanyikan seluruh kelas XI S2. Aku hanya diam tidak tahu apa apa. Belum sadar diriku.
Dalam hati aku menyumpahi mereka satu per satu. Dan, biadab sekali, dari kelas sebelah, XI S3 dan XI S4, juga ikut menyayikan selamat ulang tahun. MEREKA MENYANYI DI DALAM KELASKU. BRENGSEK SEMUAAAAAAAAAAA. Mamah Rut sangat emosi menyuruh kami pengidap hyper aktif ini untuk diam. Mamah Rut sedang menginjak injak api gairah yang sudah kusulut. Mereka tidak akan berhenti sebelum mendapatkan klimaks.
Tuhan, aku adalah konduktor orchestra Selamat Ulang Tahun yang jelas akan berbuah kematianku di tangan BK. Aku adalah solo intro. Teman teman kelasku adalah instrument string. Alat music tiup dimainkan oleh kelas sebelah. Perkusi dimainkan oleh kelas sebelahnya lagi. Ini adalah panggung yang begitu sempurna kenakalanya. Aku mulai bergidik untuk menghadapi aftermathnya. Aku tidak kuasa untuk berteriak stop karena Mamah Rut saja sudah muntab menyetop kami yang jelas sia sia. Dan jika guru macam Mamah Rut marah, ya tuhan, aku dalam bencana besar.
Mimpi apa aku semalam. KELAS 12 YANG JELAS JELAS BERBEDA GENERASI DAN BERBEDA GEDUNG DENGAN KAMI JUGA TERDENGAR JELAS IKUT MENYANYIKAN SELAMAT ULANG TAHUN. Cressendo ini memecah ketenangan SEKOLAH. BACA. SEKOLAAAAAAHH. DAN AKU ADALAH KONDUKTORNYA. Meledak sudah Mamah Rut, ia muntab tidak mau mengajar. Ia keluar kelas dengan jari menunjuk ke atas menyumpahi aku “SISWA BEJAT SISWA BEJAT”. Ketika Mamah Rut turun dari lantai dua. Orkestra berhenti secara fade out. MATILAH AKU.
*******
Jumat itu aku habiskan di BK. Ceramah ini itu tidak akan kutuliskan. Pokoknya adalah sebagai berikut : Mereka semua kaget kenapa bisa aku ini menjadi provokator. Aku kiranya juga memasukan diriku ke dalam blacklist.Untung saja aku masih diberi toleransi karena aku kiranya cukup menyumbang prestasi.
*******
Kawan, tidak bisa dipungkiri : Individu akan mencari segala cara agar bisa diterima di mayoritas lingkunganya. Aku sangat bodoh.Sangat sangat bodoh dan khilaf.
Ketika aku keluar dari ruang BK, aku mendapati diriku disambut seluruh kelas XI S2. Dari belakang aku di siram air aqua (entah itu botol aqua dengan isi air got atau apa karena baunya sungguh tak sedap).
“Sekarang kamu sudah menjadi anak nakal”, Pucuk seperti membaptisku. Lalu mereka bertepuk tangan seperti standing applause atas orkestraku. Tertawa terbahak bahak.
Aku memerah sendu.
Bajingan bajingan ini adalah teman temanku yang mengajariku hidup tidak selalu mulus.

Indra.

No comments:

Post a Comment